TUGAS RANCANGAN PENELITIAN Pengaruh Penempatan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
Pengaruh Penempatan dan
Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi, kebutuhan mutlak akan sumber daya manusia yang tangguh tidak dapat dipungkiri dalam menghadapi era baru ini, organisasi atau perusahaan akan memenuhi suatu bentuk persaingan yang semakin kompleks dengan variasi, intensitas dan cakupan yang mungkin belum pernah dialami sebelumnya, sehingga organisasi membutuhkan orang-orang yang tangguh, yang sanggup beradaptasi dengan cepat untuk setiap perubahan yang terjadi, yang sanggup bekerja dengan cara-cara baru melalui kecakapan dan tugas-tugasnya
.
Sumber daya terpenting bagi organisasi adalah sumber daya manusia, yaitu orang-orang yang rnemberikan tenaga, bakat dan kreatifitas mereka pada organisasi. Karena itu kinerja organisasi baik itu organisasi bisnis maupun organisasi pemerintah, tidak terlepas dari kinerja individu. Dalam hubungan ini faktor penempatan pegawai/karyawan sebagai sumber daya manusia dalam bidang tugas tertentu dalam organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang dapat memotivasi kerja, meningkatkan kinerja individu yang pada akhirnya meningkatkan kinerja organisasi. Faktor pertimbangan yang tepat dalam penempatan seseorang dalam bidang tugas baik penempatan awal, pemindahan maupun promosi menjadi sangat penting dan menarik untuk dipelajari. Namun demikian dalam praktek, terutama pada organisasi pemerintah, pertimbangan yang cermat dalam penempatan, perpindahan maupun promosi kurang mendapatkan perhatian yang proporsional.
Sumber daya terpenting bagi organisasi adalah sumber daya manusia, yaitu orang-orang yang rnemberikan tenaga, bakat dan kreatifitas mereka pada organisasi. Karena itu kinerja organisasi baik itu organisasi bisnis maupun organisasi pemerintah, tidak terlepas dari kinerja individu. Dalam hubungan ini faktor penempatan pegawai/karyawan sebagai sumber daya manusia dalam bidang tugas tertentu dalam organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang dapat memotivasi kerja, meningkatkan kinerja individu yang pada akhirnya meningkatkan kinerja organisasi. Faktor pertimbangan yang tepat dalam penempatan seseorang dalam bidang tugas baik penempatan awal, pemindahan maupun promosi menjadi sangat penting dan menarik untuk dipelajari. Namun demikian dalam praktek, terutama pada organisasi pemerintah, pertimbangan yang cermat dalam penempatan, perpindahan maupun promosi kurang mendapatkan perhatian yang proporsional.
Penempatan pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi yang memadai bagi organisasi disamping merupakan upaya pengembangan kompetensi sumber daya manusia dalam organisasi. Kesesuaian penempatan pegawai dengan bidang tugas sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai yang bersangkutan. Ketepatan menempatkan para karyawan pada posisi yang tepat merupakan salah satu faktor penting dalam usaha membangkitkan semangat dan kegairahan kerja karyawan (Nitisemito 2000:20). Perusahaan yang tidak melaksanakan penempatan karyawan dengan baik dan benar dapat menimbulkan beberapa akibat seperti dapat menurunnya semangat dan kegairahan kerja, prestasi kerja yang berakibat akan menurunkan produktivitas perusahaan itu sendiri. Dengan penempatan yang tidak tepat, kinerja seseorang tidak akan sesuai dengan harapan manajemen dan tuntutan organisasi, dengan demikian mereka menampilkan produktivitas kerja yang rendah sehingga dapat berakibat pada kejenuhan dan kebosanan (Siagian 2004 : 40). Selain itu faktor motivasi memberikan peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Maka ketiga aspek tersebut sangat penting bagi tumbuh kembangnya suatu organisasi. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi dibidang Pariwisata dan Kebudayaan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan kebijakan daerah bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Sesuai dengan tugasnya, Instansi ini sangat memperhatikan masalah sumber daya manusia dengan melakukan pembinaan secara terus menerus untuk mencapai kinerja yang efektif dan efisien guna membentuk Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Akan tetapi, hal tersebut masih dirasakan kurang optimal.
Terlepas
dari hal tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat merupakan Instansi yang mengurus
tentang Pariwisata dan Kebudayaan di Provinsi Jawa Barat. Untuk itu cakupannya
sangat luas,meskipun pemerintah daerah ataupun kota sudah mempunyai wewenangnya
dikarenakan otonomi daerah namun dalam peran pengembangan serta pemeliharaan
pariwisata serta nilai budaya di Jawa Barat tetap pada koridor pemerintah provinsi
dengan melakukan koordinasi ,untuk itu Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat harus di isi oleh orang-orang atau pegawai yang
kompeten dibidangnya, mengingat sector pariwisata serta nilai budaya Indonesia
sudah menjadi sorotan atau destinasi masyarakat internasional untuk itu
penempatan pegawai harus dengan bidangnya.Namun, penempatan pegawai di Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat itu sendiri masih belum efektif, yakni dengan terdapatnya
beberapa masalah seperti terdapat pegawai yang ditempatkan tidak sesuai dengan
latar belakang yang dimiliki, adanya pengisian jabatan struktural yang tidak
sesuai dengan eselon golongan yang ditetapkan. Selain itu, faktor motivasi yang
seharusnya dimiliki oleh setiap pegawai dalam sebuah instansi menjadi masalah
yang cukup signifikan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja sebuah
organisasi.
Berdasarkan survey peneliti rendahnya motivasi pegawai tersebut
bisa terlihat dari tingkat kedisiplinan pegawai, mereka seringkali terlambat
masuk kantor, jumlah pegawai yang mengikuti apel pagi berkisar setengah dari
jumlah pegawai secara keseluruhan. Selain itu sering kali terjadi penyelesaian
pekerjaan yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebagai akibat
dari kurangnya semangat dan kegairahan kerja para pegawai. Berdasarkan
permasalahan tersebut diatas maka peneliti mengambil judul “PENGARUH
PENEMPATAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PARIWISATA DAN
KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA BARAT
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana Penempatan, Motivasi, dan
Kinerja pada Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat?
2.
Bagaimana pengaruh Penempatan
terhadap Kinerja pegawai pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat?
3.
Bagaimana pengaruh Motivasi terhadap
Kinerja pegawai pada Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat?
4.
Bagaimana pengaruh Penempatan dan
Motivasi terhadap Kinerja pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Penempatan,
Motivasi, dan Kinerja pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat
2. Untuk mengetahui pengaruh Penempatan
terhadap Kinerja pegawai pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat
3. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi
terhadap Kinerja pegawai pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat.
4. Untuk mengetahui pengaruh Penempatan
dan Motivasi terhadap Kinerja pegawai pada Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
1.4
Kegunaan Penelitian
a.
Bagi Penulis
Menambah
wawasan dan pengetahuan yang tidak diperoleh selama perkuliahan dan penerapan
teori yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
didapat melalui perkuliahan.
b.
Bagi Organisasi
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan sehingga dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang berarti dalam pengambilan keputusan organisasi.
c.
Bagi Pihak lain
Merupakan
bahan masukan untuk pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah ada
serta guna mencapai ilmu yang lebih tinggi, khususnya mengadakan penelitian
masalah SDM.
1.5
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bagian dari
manajemen secara umum, oleh karena itu teori-teori manajemen umum menjadi dasar
pembahasannya. Manajemen Sumber Daya Manusia ini lebih memfokuskan
pembahasannya mengenai pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang
optimal. Pengaturan itu meliputi masalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu
terwujudnya tujuan perusahaan atau organisasi, karyawan dan masyarakat.
Menurut Mangkunegara (2007 : 2) mengatakan bahwa Manajemen
Sumber Daya Manusia merupakan suatu perencanan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan,
pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Malayu (2003 : 10)
mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Manajemen Sumber Daya Manusia menempatkan tenaga kerja dalam organisasi tidak
hanya sebagai alat produksi, melainkan sebagai asset/kekayaan yang dimiliki
oleh suatu organisasi yang harus dikelola dengan pendekatan yang lebih
manusiawi agar dalam pencapaian tujuan tercipta hubungan yang saling
menguntungkan baik untuk organisasi maupun untuk karyawan itu sendiri.
Manajemen Sumber Daya Manusia yang dimaksud dalam pembahasan kali
ini lebih memfokuskan pada Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS). Manajemen
Pegawai Negeri Sipil menurut UU No. 43/1999 pasal 1 adalah keseluruhan upaya
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat profesionalisme
penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian,
kesejahteraan, dan pemberhentian. Tujuan Manajemen Pegawai Negeri Sipil yaitu
untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara
berdayaguna dan berhasilguna dengan dukungan PNS yang professional, bertanggung
jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem
prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja
(Sedarmayanti 2011 : 371).
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana terpapar diatas,
penempatan menjadi salah satu aspek penting karena merupakan proses yang
dipersyaratkan, sehingga diharapkan mendapat tenaga kerja yang sesuai dengan
jabatan yang didudukinya. Dalam penempatan pegawai perlu diperhatikan apakah
sudah sesuai jabatan tersebut dengan minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki
seseorang. Kegiatan penempatan pegawai harus direncanakan dengan baik serta
memegang prinsip “The Right Man in The Right Place, on The Right Job, in The Right
Time”, dengan kata lain penempatan orang-orang yang tepat harus pada tempat
yang tepat, pekerjaan yang tepat, dan dalam waktu yang tepat.
Sedarmayanti (2011 : 120) mengatakan bahwa Penempatan adalah
penugasan atau penugasan kembali karyawan pada pekerjaan atau jabatan baru.
Sedangkan menurut Tohardi (2002 : 220) Penempatan adalah suatu proses
mengetahui karakter atau syarat-syarat yang diperlukan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan (tugas) selanjutnya menjadi orang (pekerja/pegawai) yang cocok dengan
pekerjaan yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Penempatan
adalah suatu usaha untuk menyalurkan kemampuan karyawan sebaik-baiknya dengan
jalan menempatkan karyawan pada posisi atau jabatan yang paling sesuai untuk
memperoleh prestasi kerja yang optimal. Baik sektor publik ataupun swasta
memiliki konsep penempatan yang hampir sama.
Adapun
dasar penempatan pegawai yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut (Tohardi
2002 : 221):
1. Job Specification (Spesifikasi
Pekerjaan), yaitu uraian persyaratan kualitas minimum orang yang bisa diterima
agar dapat menjalankan satu jabatan dengan baik dan kompeten.
2. Job Description (Uraian Pekerjaan),
yaitu informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggungjawab, kondisi
pekerjaan, hubungan pekerjaan dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan
tertentu dalam organisasi.
3. Skill, meliputi keahlian teknis
maupun praktis yang dimiliki oleh seorang pegawai dalam melakukan suatu
pekerjaan.
4. Environment, terdiri dari lingkungan
tempat bekerja, seperti kenyamanan tempat kerja, iklim kerja, serta fasilitas
yang memadai.
Penempatan Pegawai Negeri dalam jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat
yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan (Sedarmayanti
2011:375).
Penempatan tidak hanya dikhususkan bagi pegawai baru saja, tetapi
bagi pegawai lama juga dengan adanya:
1. Promosi : penempatan pegawai pada
jabatan yang lebih tinggi dengan wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi
dan penghasilan yang lebih tinggi pula.
2. Mutasi : penempatan pegawai dimana
secara prinsip, sama dengan alih tugas, hanya pada hal ini secara fisik, lokasi
tempat kerja berbeda dengan yang semula.
3. Demosi : penempatan pegawai karena
beberapa pertimbangan mengalami penurunan pangkat atau jabatan dengan tanggung
jawab dan penghasilan yang lebih kecil.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa selain penempatan
yang baik, peningkatan kinerja pegawai dapat dilakukan dengan cara memberikan
motivasi kerja yang tinggi kepada pegawai. Menurut Sulistiyani (2011 : 193)
motivasi merupakan bagian dari MSDM dalam rangka pembinaan, pengembangan dan
pengarahan tenaga kerja dalam suatu organisasi. Dalam suatu organisasi formal,
motivasi merupakan tugas seorang pimpinan untuk membuat bawahan melakukan apa
yang harus dilakukan. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk
menggambarkan adanya dorongan-dorongan yang muncul dari dalam seorang individu,
yang akhirnya menggerakkan atau mengarahkan perilaku individu yang bersangkutan
(Tohardi 2002:334). Di dalam memotivasi pegawai perlu diperhatikan dua aspek
motivasi, baik motivasi yang bersifat internal atau motif yang berupa
kebutuhan, keinginan dan dorongan, maupun motivasi eksternal (motivator) yaitu
berupa insentif dan tujuan sasaran.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
motivasi merupakan proses yang diawali dari adanya kebutuhan pada diri
seseorang dirangsang oleh sesuatu yang ada diluar dirinya dan selanjutnya
menuju sasaran atau tujuan. Sebenarnya banyak teori motivasi yang dikemukakan
oleh para ahli manajemen. Menurut Abraham Maslow (dalam Sulistiani 2011 : 210),
pengukuran motivasi kerja di lingkungan birokrasi, dapat dipergunakan indikator
sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan
akan makan, minum, tempat tinggal, dan bebas dari sakit.
2. Kebutuhan keamanan/keselamatan :
keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
3. Kebutuhan sosial : kasih sayang,
rasa dimiliki, diterima baik, dan persahabatan.
4. Kebutuhan penghargaan : kebutuhan
akan harga diri dan penghargaan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri :
kepuasan diri sendiri dengan memaksimalkan potensi, kemampuan, dan
keterampilan.
Mengingat peran, fungsi, maupun posisi pegawai dalam rangka
menopang produktivitas, efisiensi dan efektifitas untuk mencapai kinerja yang
baik, maka program motivasi sebagai bagian integral. David C. McClelland (dalam
Mangkunegara 2007 : 68) berpendapat bahwa “ada hubungan yang positif antara
motif berprestasi dengan pencapaian kinerja”. Adapun definisi kinerja itu
sendiri menurut Mangkunegara (2007:67), adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Sedarmayanti
(2011:260), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
dengan hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan suatu
pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerja pegawainya, maka kinerja karyawan
harus dapat ditentukan dengan pencapaian target selama periode waktu yang
dicapai organisasi.
Mengingat pentingnya dari kinerja itu sendiri, maka manajemen
kinerja sangat diperlukan. Manajemen kinerja adalah proses yang digunakan untuk
memastikan karyawan bekerja searah dengan tujuan organisasi. Manajemen kinerja
bersifat strategik, dalam arti mengenai isu yang lebih luas yang dihadapi
perusahaan agara dapat berfungsi secara efektif dalam lingkungan, dan dengan
arah secara umum bertujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Hal ini terintegrasi
dalam empat hal:
1. Integrasi Vertikal : menghubungkan
atau menyatukan sasaran bisnis, tim dan individu.
2. Integrasi Fungsional : menghubungkan
strategi fungsional dalam organisasi pada bagian yang berbeda.
3. Integrasi Sumber Daya Manusia :
menghubungkan aspek manajemen sumber daya manusia yang berbeda, terutama
pengembangan organisasi, pengembangan dan imbalan sumber daya manusia untuk
mencapai pendekatan koheren bagi manajemen dan pengembangan manusia.
4. Mengintegrasikan kebutuhan individu
dengan kebutuhan organisasi, sepanjang memungkinkan.
Strategi manajemen kinerja bertujuan untuk memberi alat dimana
hasil lebih baik dapat diperoleh dari organisasi, tim dan individu, dengan
memahami dan mengelola kinerja dalam kerangka yang disepakati mengenai tujuan,
standar dan kebutuhan kompetensi yang direncanakan. Untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan suatu organisasi maka diperlukan adanya sistem penilaian
kinerja. Penilaian kinerja adalah salah satu tahapan penting dalam siklus
pengembangan sumber daya manusia, baik di sektor publik maupun di sektor
swasta. Sistem penilaian kinerja harus berlandaskan prinsip dasar : keadilan,
transparansi, independensi, pemberdayaan, non diskriminasi, serta semangat
berkompetisi.
Sedangkan instrumen pengukuran kinerja individu seorang pegawai,
dalam hal ini pegawai negeri sipil, indikatornya sebagai berikut (Sedarmayanti
2011 : 377):
1. Prestasi Kerja : hasil kerja pegawai
dalam menjalankan tugas, baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.
2. Keahlian : tingkat kemampuan teknis
yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Keahlian ini bisa dalam bentuk kerjasama, komunikasi, inisiatif, dan
lain-lain.
3. Perilaku : sikap dan tingkah laku
pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pengertian perilaku disini juga mencakup kejujuran, tanggung jawab, dan
disiplin.
4. Kepemimpinan : merupakan aspek
kemampuan manajerial dan seni dalam memberikan pengaruh kepada orang lain untuk
mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan cepat, termasuk pengambilan
keputusan dan penentuan prioritas.
Berdasarkan uraian diatas, maka dengan ini penulis menyampaikan model
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Add caption |
Gambar 1.1
Model Kerangka Pemikiran
1.5.2
Hipotesis
Hipotesis
berasal dari dua penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa”
yang artinya kebenaran. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul (Arikunto 2010 : 110). Adapun hipotesis dalam penelitian
ini adalah : "TERDAPAT PENGARUH PENEMPATAN DAN MOTIVASI TERHADAP
KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA BARAT
1.6
Metode yang Digunakan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif
(descriptif research). Sugiono (2012 : 29) rumusan deskriptif adalah suatu
rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel
mandiri, baik hanya satu variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel
yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini
disebut penelitian deskriptif. Menurut Umar (2008 : 22) penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang di maksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
status atau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan.
1.6.1
Variabel Penelitian
Variabel
bebas (x)
Yaitu
variabel yang dalam hubungannya dengan variabel lain bertindak sebagai penyebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat ( dependent ). Dalam penelitian ini
variabel bebas nya adalah sebagai berikut:
·
Penempatan (X1) merupakan salah satu
usaha untuk menyalurkan kemampuan karyawan sebaik-baiknya dengan jalan
memberikan atau menempatkan karyawan pada posisi atau jabatan yang paling
sesuai untuk memperoleh prestasi kerja yang optimal.
·
Motivasi (X2) yaitu konsep yang
digunakan utuk menggambarkan adanya dorongan-dorongan yang muncul dari dalam
seorang individu.
Variabel
Terikat (Y)
Yaitu
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Adapun variabel terikatnya adalah Kinerja pegawai yaitu hasil kerja yang
telah dilakukan seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya.
Dari
definisi operasional masing-masing variabel tersebut dapat kita lihat dalam
tabel berikut :
1.6.2
Jenis dan Sumber Data
a.
Jenis Data
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif karena data yang
diperoleh adalah hasil penilaian atau persepsi dari responden terhadap objek
penelitian.
b.
Sumber Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Data Primer Merupakan data yang
didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti dari
hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh
peneliti.
2.
Data Sekunder Merupakan data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
atau oleh pihak lain.
1.6.3
Metode Pengumpulan Data
1.6.3.1
Populasi dan Sampel
Menurut Umar (2008 : 77), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi yang
menjadi target penelitian ini adalah Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 56 orang yang terdiri dari :
1. Jumlah karyawan laki-laki sebanyak 31 orang.
2. Jumlah karyawan perempuan sebanyak 25 orang.
Apabila
subyek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua, tetapi jika
subyeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih.
Dari data tersebut diatas, karena jumlah populasi adalah kurang
dari 100 orang, maka jumlah subyek yang akan diteliti tidak diambil sampelnya,
akan tetapi adalah seluruhnya yaitu sebanyak 56 orang. Dalam hal ini penulis
tidak melakukan penarikan sampel.
1.6.3.2
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Penelitian
Kepustakaan (Library Research)
Dilakukan
untuk memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari literatur, buku-buku,
catatan-catatan sebagai landasan teoritis yang akan diperbandingkan dengan
masalah yang akan diteliti.
b. Penelitian
Lapangan (Field Research)
Dilakukan
untuk memperoleh data primer, yaitu data yang bersumber dari objek penelitian
atau perusahaan yang diteliti. Data tersebut dikumpulkan dengan cara :
1. Dokumentasi Yaitu dengan mempelajari atau menggunakan
catatan yang ada pada perusahaan dan mempunyai kaitan dengan masalah yang
diteliti, di maksudkan sebagai penunjang data-data yang telah diperoleh
sebelumnya sehingga benar-benar akan dihasilkan suatu penelitian yang sesuai
dengan kondisi sesungguhnya.
2. Kuesioner Adalah seperangkat pertanyaan yang disusun oleh
penulis untuk diisi responden, yang berbentuk pertanyaan tertulis untuk meminta
keterangan, jawaban dan informasi yang dibutuhkan. Angket ini ditujukan kepada
para pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
1.6.4
Teknik Pengolahan Data
1.6.4.1
Pengukuran Data
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
Menurut Kinnear (dalam Umar 2008 : 70) skala Likert ini berhubungan dengan
pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak
setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik. Dengan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan indikator-indikatornya.
Dalam
penelitian ini, untuk memudahkan responden dalam menjawab kuesioner, maka skala
penilaiannya sebagai berikut :
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Adapun bentuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner dirancang dengan disertai jawaban yang telah disediakan. Setiap item pertanyaan diarahkan untuk mengetahui penilaian responden mengenai indikator penempatan, motivasi dan kinerja pegawai.
1.6.4.2
Teknik Transformasi Data
Dalam penelitian ini karena data yang dihasilkan dari penelitian
skalanya masih bersifat ordinal, sedangkan untuk keperluan pengolahan data
selanjutnya memerlukan data berbentuk skala interval, maka data yang dalam
skala ordinal tersebut ditransformasikan terlebih dahulu kedalam skala interval
(mentransformasikan data ordinal menjadi interval) dengan menggunakan Method
Succesive Interval (MSI), dengan langah-langkah sebagai berikut (Umar
: 2008):
1. Perhatikan tiap butir pertanyaan, misalnya dalam
kuesioner.
2. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang
mendapatkan (menjawab) skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang disebut dengan
frekuensi.
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan
hasilnya disebut proporsi.
4. Tentukan proporsi kumulatif.
5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, hitung Z
tabel untuk proporsi kumulatif yang diperoleh.
6. Tentukan nilai densitas untuk setiap Z yang diperoleh dari
tabel.
7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus :
8. Tentukan nilai transformasi (Y)
dengan menggunakan rumus :
1.6.4.3
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan (indikator) pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Sugiyono 2012 : 348), yaitu
mengukur konstruk atau variabel yang di teliti periset. Sedangkan untuk mengukur
kevalidan akan digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Untuk menentukan Uji Signifikansi korelasi product moment menggunakan rumus:
Kaidah
Keputusan.
.
Nilai t_(hitung )yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t_tabel dengan tingkat α tertentu dan derajat bebas sebesar n-2. .
Kaidah Keputusan diambil dengan kaidah sebagai berikut: .
Nilai t_(hitung )yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t_tabel dengan tingkat α tertentu dan derajat bebas sebesar n-2. .
Kaidah Keputusan diambil dengan kaidah sebagai berikut: .
a.
jika nilai t_(hitung ) > t_tabel : maka alat ukur yang digunakan Valid
b. jika niali t_(hitung )<
t_(tabel ): maka alat ukur yang digunakan Tidak Valid.
1.6.4.3
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas
merupakan alat untuk mengukur kehandalan, ketetapan atau keajegan atau
konsistensi suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan handal jika jawaban
responden terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuesioner adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu (Sugiyono 2012 : 349). Selain itu untuk menghasilkan
kehandalan suatu instrumen atau kuesioner, peneliti haruslah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan kepada responden. Adapun sebagai teknik
untuk mengukur reliabilitas instrument yang berupa angket dengan skala likert
ini dapat menggunakan rumus koofisien reliabilitas Alfa Cronbach yang dalam
Paradigma Umar (2008 : 170) rumusnya adalah:
Kaidah keputusan dilakukan dengan
membandingkan antara t_(hitung ) dan t_(tabel ) dengan alpha tertentu dan
derajat kebebasan (degree of freedom) n-1, dengan kriteria sebagai berikut:
a. jika t_(hitung)> t_(tabel )maka data Reliabel
b. jika t_(hitung )< t_(tabel )maka data Tidak Reliabel
mencari t hitung digunakan rumus :
a. jika t_(hitung)> t_(tabel )maka data Reliabel
b. jika t_(hitung )< t_(tabel )maka data Tidak Reliabel
mencari t hitung digunakan rumus :
1.6.5 Teknik Analisis Data
Data primer dan data sekunder dianalisis secara deskriptif dengan
batuan tabel dalam jumlah persentase. Dalam pendekatan analisis, maka data
diolah secara kuantitatif dengan metode statistik parametrik. Berdasarkan
identifikasi masalah dan hipotesis yang diajukan, maka langkah-langkah analisis
statistik yang akan dilakukan dalam pengolahan hasil penelitian adalah sebagai
berikut :
1.
Rentang Kriteria Pengukuran
Tahapan proses untuk menentukan rentang kriteria pengukuran data adalah sebagai berikut :
Tahapan proses untuk menentukan rentang kriteria pengukuran data adalah sebagai berikut :
a.Tentukan
skor terendah dan tertinggi
dengan
cara mengalikan jumlah sampel yang diketahui adalah N = 74 orang/responden
dengan bobot yang paling rendah (74 x 1) dan bobot paling tinggi (N x 5), maka
didapat rentang terendah adalah 74, sedangkan yang tertinggi adalah 370.
b. Rentang
Interval tiap kriteria untuk skor
c. Daftar skala penilaian tiap kriteria
2.
Analisis Regresi Linier Berganda
Adalah
analisis yang digunakan untuk menentukan pengaruh antara variabel bebas
(Penempatan dan Motivasi) dengan variabel terikatnya (Kinerja). Menurut
Sugiyono dalam bukunya “Statistik untuk Penelitian” (2012 : 275), persamaan
regresi adalah sebagai berikut :
Nilai
a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
3. Analisis Korelasi
.
Dimana r dapat diketahui dengan rumus :
Dimana r dapat diketahui dengan rumus :
·
Jika r = 0 atau mendekati 0, maka
pengaruh antara variabel sangat lemah atau tidak ada pengaruh sama
sekali.
·
Jika r = 1 atau mendekati 1, maka
pengaruh antara variabel sangat kuat atau cukup kuat dan mempunyai pengaruh
searah.
·
Jika r = -1 atau mendekati -1, maka
pengaruh antara variabel sangat kuat atau cukup kuat dan mempunyai pengaruh
terbalik.
Menurut Sugiyono (2012 : 231),
menjelaskan bahwa untuk dapat memberi interpretasi terhadap lemah atau kuatnya
pengaruh itu, maka dapat digunakan pedoman sebagai berikut :
4.
Koefisien Determinasi
Koefisien
determinasi adalah angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya
sumbangan sebuah variabel atau lebih terhadap variasi naik turunnya variabel
yang lain, dengan rumus :
1.6.6
Rancangan Pengujian Hipotesis
.
a. Menentukan F_hitung dengan menggunakan statistik Uji F dengan rumus statistik menurut
a. Menentukan F_hitung dengan menggunakan statistik Uji F dengan rumus statistik menurut
Sugiono (2012) adalah sebagai berikut
:
b. Menentukan model keputusan dengan statistik Uji F asumsi pengujian adalah sebagai berikut :
Comments
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentar anda